Minggu 10
Iklan dan Dimensi
Etisnya
1.
Fungsi Iklan sebagai pemberi informasi
dan pembentuk opini
·
Iklan sebagai pemberi informasi tentang
produk yang ditawarkan di pasar. Bagi produsen ia tidak hanya sebagai media
informasi yang menjembatani produsen dengan konsumen, tetapi juga bagi konsumen
iklan adalah cara untuk membangun citra atau kepercayaan terhadap dirinya.
·
Iklan sebagai pembentuk pendapat umum
tentang sebuah produk. dipakai oleh propagandis sebagai cara untuk mempengaruhi
opini publik. Dalam hal ini, iklan bertujuan untuk menciptakan rasa ingin tahu
atau penasaran untuk memiliki atau membeli produk.
2.
Beberapa persoalan etis periklanan
Pertama, iklan
merong-rong otonomi dan kebebasan manusia. Iklan membuat manusia tidak lagi
dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk memperoleh produk
tertentu. Banyak pilihan dan pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah
pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan dan tunduk kepada kemauan iklan,
khususnya iklan manipultive dan persuasive non rasional. Ini justru sangat
bertentangan dengan inferati moral Kant bahwa manusia tidak boleh
diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain diluar dirinya. Manusia
harus dihargai sebagai makhluk yang mampu menentukan pilihannya sendiri,
termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan
manipulative, manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya dan tidak sekedar diberi informasi untuk membantunya memilih
produk tertentu.
Yang
menarik disini adalah bahwa manusia modern mengklaim dirinya sebagai manusia
bebas dan menuntut untuk dihargai kebebasannya. Adanya berbagai pilihan yang
terbuka dalam konsumsinya juga menandai kehidupan manusia modern sebagai
manusia bebas. Tetapi pihak lain, manusia adalah budak iklan, ia tidak bisa
hidup tanpa iklan bahkan dikte oleh iklan. Sejak kecil ia terpukau oleh iklan
yang mmpengaruhinya untuk membeli apa yang diiklankan, entah dengan memaksa
orang tuanya, memaksa suami atau istri, bahkan dengan tindakan jahat sekalipun
: mencuri, membunuh ibu kandung untuk membeli honda, dan seterusnya.
Kedua, dalam
kaitan dengan itu iklan manipulative dan persuative non rasional menciptakan
kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara
ekonomis hal itu baik karena akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan
daya beli masyarakat.bahkan dapat memacu produktivitas kerja manusia hanya demi
memenuhi kebutuhn hidupnya yang terus bertambah
dan meluas.namun dipihak lain muncul masyarakat konsumtif, dimana
banyak dari apa yang dianggp manusia sebagai kebutuhannya yang sebenarnya bukan
kebutuhan yang hakiki.
Ketiga, yang
juga menjai persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulative dan
persuative non rasional malah membentuk dan menentukan identitas atau ciri dari
manusia modern. Manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum
memiliki barang sebagimana di tawarkan iklan, ia belum merasa diri penuh kalau
belum memakai minyak rambut seperti diiklankan bintang film terkenal dan
seterusnya. Identitas manusia modern hanyalah identitas misal : serba sama,
serba tiruan, serba polesan dan serba instan. Manusia mengkonsumsi produk yang
sama, maka jadilah identitas manusia modern jadinya hanyalah rancangan pihak
tertentu di fabricated. Yang di pujapun lebih banyak kali adalah kesan luar,
polesan, kepura-puraan.
Keempat, bagi
masyarakat modern tingkat perbedaan ekonomi dan social yang tinggi akan
merong-rong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba
mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial, dimana banyak anggota masyarakat
masih berjuang sekedar hiup. Iklan yang mewah trampil seakan-akan tanpa punya
rasa solidaritas dengan sesama yang miskin.
3.
Makna etis menipu dalam iklan
Prinsip
etika bisnis yang paling relevan disini adalah prinsip kejujuran,mengatakan hal
yang benar dan tidak menipu.menurut kamus besar Bahasa Indonesia,kata tipu
mengandung pengertian perbuatan ataau perkataan yang tidak jujur
(Bohong,palsu,dan sebagainya) dengan meksud untuk menyesatkan,mengakali atau
mencari untung.dengan kata lain menipu daalah menggunakan tipu
muslihat,mengakali,memperdaya,atau juga perbuatan cuurang yang dijalnkan dengan
niat yang telah direncanakan.
Jadi,karena
konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran sebuah produk,iklan yang
membuat pernyataaan yang menyebaabkan mereka salah menarik kesimpulan tentang
produk itu tetapi dianggap menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak pada
maksud apapun untuk memperdaya dengan kata lain,berdasarkan prinsip kejujuran
,iklan yang baik diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan
atau informasi yang benar sebagaimana adanya.
4.
Kebebasan konsumen
Masyarakat
sebagai konsumen dari produk- produk komunikasi harus mendapat perlindungan dan
pelayanan yang baik. Pemerintah yang bertanggung jawab menjamin adanya hal
tersebut harus mampu mengeluarkan regulasi yang pro-masyarakat. Pemerintah harus
mampu mengatur jalannya pemanfaatan teknologi komunikasi yang tidak merugikan
masyarakat.
Perlu
ada tatanan kebijakan dan hukum yang tepat bagi penyelenggaraan kegiatan
komunikasi. Mengenai definisinya, antara kebijakan dan hukum punya arti yang
berbeda. Kebijakan adalah keputusan yang dibuat pemerintah dan masyarakat untuk
menentukan struktur media dan mengaturnya sehingga mereka punya kontribusi yang
bagus bagi masyarakat. Sementara hukum adalah peraturan yang dibuat para
legislatif dan diperkuat dengan dibentuknya suatu lembaga negara. Selain itu
yang perlu ditekankan dalam media adalah menghindari penyampaian informasi yang
mengandung fitnah serta ketidaksenonohan. Fitnah adalah suatu penulisan atau
pemberitaan atau penginformasian yang isinya tidak sesuai dengan kenyataan dan
menghancurkan reputasi atau nama baik pihak tertentu. Sedangkan
ketidaksenonohan misalnya adalah munculnya kata- kata kotor dalam media.
Sumber :
No comments:
Post a Comment