My Labels

Sunday, 25 December 2011

Buku Hari Ini Bagian I


The Outsider
Sang Pemberontak

“setiap manusia pada akhirnya harus bertanggung jawab akan segala keputusan dan pilihannya.”


Sebuah karya Roman Albert Camus yang mencengangkan. Gaya berbicara yang memikat, impresi yang ditampilkan begitu memikat. Penulis roman ini, pada dasarnya netral dan putih, menjadi bagian dari sebuah kejadian lampau, dan memberi kesan tersendiri pada setiap kalimat. Gaya penulisan seperti ini menambahkan kesan kesendirian sang karakter dalam menghadapi keseharian (dunia) dan dirinya sendiri. The outsider sebagai kisah seorang pria tanpa pretensi heroik, rela mati demi kebenaran.
Seorang pria yang menjalani hidupnya mengalir bagai air dan apa adanya. Keseharian yang sederhana, buatnya hidup adalah membiarkan waktu bertindak sesukanya dan kita mengikutinya dengan kesesuian yang ada. Buku ini menarik untuk dibaca, dan direnungkan sebagai bagian dari refleksi kehidupan.

Tentang penulis

Albert Camus lahir di Aljazair, 7 November 1913. Masa kecilnya miskin, meski bukan tak bahagia. Ia belajar filsafat di University of Algiers. Dua buku pertamanya yang penting, L’Etranger (The Outsider) dan Le Mythe de Sisyphe (The Mythe of Sisyphus). Ia memperoleh reputasi internasional berkat karyanya La Peste (The Plague) 1947, Les Justes (The Just) 1949mdan Le Chute (The Fall) 1956. Ia mendapat penghargaan nobel dalam bidang sastra pada 1957.


Penerbit Liris
Jl. sawentar 10, Surabaya 60131
telpon 031-5039747, fax 031-5039747
email : penerbitliris@yahoo.com

Thursday, 22 December 2011

sapa salam cinta dari pagi nan indah bersahaja


Sapa embun pagi basah yang dihalangi dedaunan dari pepohonan...
Terdengar suara sapa rerumputan yang dihempas angin lepas...
Dan gemericik tetes air yang membuat bekas pada batu...
Sapa salam manis dari kicauan burung yang terbang dan bertengger disudut jendela...
Sapa salam hangat dari sinar matahari yang mulai menembus kabut...
Sapa salam sejuk dari hembusan angin yang masuk melewati celah dari jarak atara kayu dengan besi...
Sapa salam harum semerbak bunga mawar mekar dibalik semak...
Sapa salam indah dari kejauhan mata memandang teratai putih mengapung dipermukaan danau...
Sapa salam elok paras pelangi di ujung khatulistiwa...
Sapa salam rindu dari pasangan sejati yang telah lama terpisah...
Sapa salam cinta dari pagi nan indah bersahaja...

sapa salam kasih dari Laras untuk pembaca setia blog saya :)

created by Laras Sugiyoto Senjoyo.

Tuesday, 20 December 2011

Ilmu Budaya Dasar


Ilmu Budaya Dasar


Pengertian Ilmu Budaya Dasar 


Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah masalah-masalah dan kebudayaan.

Pengetahuan Budaya atau istilah dalam bahasa inggris The Humanities dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi kedalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa, dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan diatas adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.


Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD) 

       Sebagaimana dikemukakan diatas, penyajian Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan penegertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelas bahwa matakuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk dalam pengetahuan budaya , akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata sabagai salah satu usaha mengembangkan kepribadiaan mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dalam alam sekitarnya, maupun menyangkut dirinya sendiri.
Jika diperinci, maka tujuan pengajaran Iilmu Budaya Dasar adalah :

1.     Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
2.     Menyadarkan manusia terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat-menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
3.     Mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
4.     Memiliki latar belakang penegtahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
5.     Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
6.     Mendukung dan mengembangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
7.     Tidak terjerumus kepada sifat kedaerahan dan perkotaan disiplin ilmu.
8.     Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk menanggapi masalah nilai-               nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa tanpa terpikat dengan kebudayaan mereka.
9.     Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
10. Terjalinnya interelasi antara cedekiawan yang berbeda keahliaan agar lebih positif dan komunikatif.
11. Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliaannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan budaya.
12. Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai berbagai cendekiawan.
13.  Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
14. Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.

Manusia dan Kebudayaan


Manusia dan Kebudayaan


Secara sederhana manusia merupakan perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia bertingkah laku berdasarkan kebiasaan dan menjadikan kebiasaannya itu budaya pada dirinya. Contoh sederhananya adalah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai asupan karbohidrat setiap hari adalah wajib hukumnya, jika tidak makan nasi walaupun sudah makan makanan sebanyak apapun rasanya seperti ada yang kurang, hal yang biasa dilakukan ini menjadikan makan nasi sebagai asupan karbohidrat adalah kebudayaan di Indonesia. Contoh lain kebiasaan yang menjadi budaya di Indonesia adalah kebiasaan mencium tangan orang tua atau salim, saling sapa dan menyapa, serta musyawarah bersama, dan lain-lain.

Konsepsi IBD dalam Kesustraan


Konsepsi IBD dalam Kesustraan 

            Dalam kesustraan dapat diperoleh berbagai gubahan yang mengungkapkan tentang nilai budaya yang menjadi komponen penting dalam IBD.

          Salah satu bentuk sastra yaitu puisi, puisi akan dipakai sebagai media dan sekaligus sumber belajar sesuai dengan tema-tema pokok bahasa yang terdapat dalam IBD.

Disamping puisi, dalam kesustraan dikenal pula bentuk drama sebagai wujud karya fiksi yang prosais. Apabila drama digunakan sebagai sumber pengajaran IBD, tentulah bukan suatu hal yang aneh, karena dalam batas-batas tertentu unsur-unsur drama, terutama jika drama dilihat sebagai karya sastra dapat disajikan materi fiksi. Drama pada dasarnya dapat disikapi sebagai karya pentas dan karya sastra.

Puisi, drama, dan prosa fiksi sebagai karya sastra dibicarakan berikut ini dalam kaitan dengan konsepsi IBD yang terdapat didalamnya.


1.     Hakekat Puisi


Pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian bahasa yang intensif, oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunnakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan, namun justru karena itu sangat berpengaruh dalam menggerakkan emosi pembacanya karena gaya penuturan dan gaya lukisnya.
Bahasa puisi dikatakan lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang dan lebih hidup (compressed, picturesque, vivid) dibanding bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaan dan emosi oleh karena itu puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinatif, bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.
Hal yang membedakan seorang penyair dari pengarang prosa adalah kemampuan dalam mengekpresikan hal-hal yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat. Dan dipandang dari segi isinya puisi yang bagus merupakan ekspresi yang paling benar (genuine expression) atas keseluruhan kepribadian manusia. Dengan demikian fenomena budaya puisi itu tercipta dalam proses yang kira-kira dapat dibagankan sebagai berikut :







2.   Rasional mengapa puisi disajikan dalam pendidikan dan pengajaran Ilmu Budaya Dasar



Penyajian puisi dalam rangka pendidikan an pengajaran IBD bagi para mahasiswa disebabkan oleh watak pembawaan puisi yang secara teoritis relevan bagi pengisian materi pokok bahasan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam GBPP (inti) yang hendak dikembangkann.

Secara aktual apa yang dinyatakan oleh penyair dalam puisinya dapat merupakan analogi, korespondensi atau mirip dengan alam lahir (external nature). Dalam hal ini alam lahir merupakan inteligensi manusia, perasaannya, dan cara atau aktivitas manusia itu melihat dirinya sendiri.

2     1.  Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup aktual dengan jalan mengatur dan mempraktekannya. Pengalaman yang melayani kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari beban kesibukan hidup yang rutin.

2     2.  Puisi dan kesadaran individual
Adalah hak dan misi seorang penyair lewat puisinya untuk membuka tabir yang menutupi hati manusia dan membawa kita untuk melihat sedekat-dekatnya rahasia pikiran, perasaan, dan impian manusia. Pada akhirnya puisi memperluas daerah persepsi kita, memperlebar dan memperdalam serta menyempurnkan sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk merasakan, sehingga kita dibuat lebih sensitif, lebih responsif, dan menjadikan kita manusia yang lebih simpatik.

2     3.  Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberitahukan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problema sosial. Secara imajinatif puisi dapat menggambarkan situasi dasar manusia sosial, yang berupa :
·        Penderitaan atas ketidakadilan
·        Perjuangan untuk kekuasaan
·        Konflik dengan sesama
·        Pemberontakan atas hukum Tuhan dan hukum manusia sendiri.

2   4.  Puisi dan nilai-nilai
Dengan membaca puisi manusia dapat memperoleh nilai-nilai yang terkandung dalam pesan tersirat yang ada di puisi tersebut. Bisa brupa nilai moral, nilai adat istiadat, nilai agama, nilai perjuangan dan lain-lain.
Contoh puisi   :                     


Engkau wanita utusan Illahi
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Monday, 21 November 2011 at 21:16

Engkau genggam jemariku dengan lembut...
Engkau rangkul aku dengan hangat kasihmu...
Engkau belai rambutku dengan rasa sayangmu...
Engkau ceritakan aku sebuah dongeng, dimalam-malam hari-hariku...

Wahai engkau wanita dari surga,
yang mengobati luka-luka hidupku...
yang menangis ketika aku terbaring lemah...
Wajahmu...
sinari malam kelamku...
terangi sisi-sisi gelapku...

Wahai engkau wanita suci...
tulus hatimu sembuhkan aku...
cinta kasihmu hidupkan aku...

Wahai wanita utusan Illahi...
Kau sisakan nyawamu untuk hidupku...
Kau habiskan hidupmu untuk merawatku...

Wahai Ibunda...
Sudikah engkau terima abdiku...
Sudikah engkau terima sujudku...
Sungguh ku tak sanggup mengganti apa yang kau berikan,
Apa yang kau lakukan untuk ku disepanjang hidupmu...

Terima kasih Ibunda.


Dimensi yang keliru
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Thursday, 13 May 2010 at 21:20

Aku yang berada...
Sendiri di antara gelap
hanya aku dalam ke sunyian
hampa dan begitu terasa sepi
hanya aku dalam gelisah
hanya aku dalam ke takutan
hanya aku dalam ke tidak sanggupan
sendiri dalam waktu yang rumit
sendiri dalam kepasrahan
hanya aku yang berbagi dengan bayangan
hanya aku yang bicara dalam kebisuan
aku yang berada di antara hitam dan putih
aku yang berada dalam satu-satunya kesakitan
aku yang benar-benar sendiri
sendiri dalam kemalangan.



3.      Drama sebagai karya sastra
Drama sebagai karya sastra atau karya pentas (teater) melibatkan unsur-unsur teater seperti :
- dekorasi pentas
- komposisi pentas
- pakaian
- tata rias
- tata sinar
- tata bunyi

4.      Prosa fiksi sebagai materi dalam IBD
Istilah prosa fiksi banyak padanannya, atau disebut juga “bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan dari khayalan atau imajinasi” (Saad & Moeliono dalam M. Habib Mustopo, ilmu budaya dasar :32)

4   4.1  Nilai-nilai di dalam prosa fiksi

a.       Prosa fiksi memberikan kesenangan
Dengan membaca prosa fiksi pembaca akan mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa yang ditulis dalam prosa itu, pembaca juga dapat berimajinasi untuk mengenal daerah yang belum pernah dikunjungi, pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh aneh yang terdapat dalam prosa tersebut.

b.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi dapat memberikan informasi yang tidak terdapat dalam ensiklopedi. Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam dari pada fakta yang hanya bersifat menggambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, kekuatan, keterasingan, atau hakikat manusia lebih dari pada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, maupun antropologi. Fiksi bersifat mendramatisasikan bukan hanya sekadar menerangkan.

c.       Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi memberikan wawasan kultural seperti yang ada dalam novel terkenal Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang, dan lain-lain.

d.      Prosa fiksi  memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman individu lain.


4  4.2  Aspek ekstrinsik prosa fiksi 
  • sejarah
  • lingkungan
  • budaya

4   4.3  Aspek intrinsik prosa fiksi
  •         Alur
  •         Tokoh
  •       Aksi (lakuan)
  •       Dialog

Manusia dan Cinta Kasih


Manusia dan Cinta Kasih 

        Cinta adalah sikap, sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju suatu objek cinta.

             Cinta menurut motivator Indonesia Mario Teguh adalah dorongan tidak logis yang mengharuskan kita dekat dan memiliki objek dari kecintaan kita. Karena semua ini adalah mekanisme yang dibangun Tuhan agar kehidupan berlangsung. Karena jika sudah tertarik seperti itu, laki-laki dan wanita tidak lagi memilih, sehingga keturunan dihasilkan dari hubungan seperti itu. Dikutip dari http://17dolar.wordpress.com/2011/05/09/cinta-menurut-mario-teguh/

Adapun tipe-tipe cinta adalah sebagai berikut :

A.                Cinta persaudaraan
Merupakan cinta diantara sesama umat manusia di muka bumi ditunjukkan melalui respon saling membutuhkan satu sama lain.




















B.                 Cinta keibuan
Cinta keibuan adalah pengutan tanpa sayarat terhadap hidup dan kebutuhan anak. Pengutan (afermasi) hidup anak punya dua segi, pertama ialah perhatian dan yang kedua adalah tanggung jawab yang mutlak perlu demi pemeliharaan hidup anak dan pertumbuhannya. Cinta keibuan menanamkan  ke dalam diri anak cinta akan kehidupan dan tidak hanya keinginan untuk tetap hidup.

















C.                 Cinta erotis
Cinta ini berbeda dengan dua tipe cinta sebelumnya, cinta erotis adalah cinta yang mendambakan peleburan, penyatuan dengan seorang pribadi lain. Cinta erotis sering dicampurbaurkan dengan pengalaman yang meledak karena jatuh cinta pada orang yang masih asing.
















D.                Cinta diri sendiri
Freud beranggapan bahwa cinta adalah manifestasi nafsu sexual yang diarahkan kepada orang lain/diarahkan kepada dirinya sendiri atau cinta diri sendiri (self love).berpegang bahwa pribadi yang mementingkan diri sendiri itu bersifat “narsisistis”, seolah-olah ia telah menarik cintanya dari orang lain dan mengalihkannya pada dirinya sendiri.

















E.                 Cinta kepada Tuhan
Bentuk religius cinta yang disebut cinta kepada Tuhan tidaklah berbeda kalau bicara secara psikologi. Cinta itu berasal dari kebutuhan untuk mengatasi keterpisahanuntuk mencapai suatu penyatuan.



















Manusia dan keindahan


Manusia dan keindahan 

              Manusia pada umumnya menyukai keindahan, baik keindahan alam maupun keindahan seni.
Rata-rata sikap manusia terhadap hal yang indah tentu terpesona. Bahwasannya tidak semua orang memiliki kepekaan keindahan tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan.
Pengertian keindahan menurut :

1.                  Leo Tolstoy (Rusia)
Keindahan atau dalam bahasa Rusia disebut Krasota artinya suatu tempat yang mendtangkan rasa yang menyenangkan bagi yang melihat dengan mata.

2.                  Alexander Baumgarten (Jerman)
Keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripadaa bagia-bagianyang saling berkaitan satu sama lain.

3.                  Sulzer
Yang indah itu hanyalah yang baik, jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral.

4.                  Winchelman
Keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan.

5.                  Shaftesbury (Jerman)
Yang indah itu memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu nyata maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata adn yang nyata adalah yang baik.

6.                  Humo (Inggris)
Keindahan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang.

7.                  Hemsterhuis (Belanda)
Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan-pengamatan yang menyenangkan itu.

8.                  Emmanuel Kant
Menilai keindahan dari dua segi, yaitu :
a.                   Segi subyektif, keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan kesenangan pada si penghayat.
b.                  Segi obyektif, keserasian dari suatu objek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh objek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.

9.                  Al Ghazzali
Keindahan sesuatu benda terletak dalam perwujudannya dari kesempurnaan, yang dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifat benda itu.


Manusia dan Penderitaan


Manusia dan Penderitaan 

            Kita sering kali mendengar atau menyaksikan bahkan merasakan penderitaan-penderitaan yang dialami umat manusia.
            Penderitaan-penderitaan tersebut beraneka ragam penyebabnya, ada yang disebabkan oleh bencana alam seperti gunung meletus, banjir, longsor, gempa bumi, dll. Ada pula penderitaan yang terjadi akibat kecelakaan seperti kecelakaan pesawat, kereta, mobil atau kebakaran, dll. Selain itu juga ada penderitaan akibat peperangan, penindasan dan pembudakan. Ada juga penderitaan akibat ke fakiran dan kemiskinan.
Banyak sekali penderitaan yang dialami oleh umat manusia oleh karna itu tidaklah arif dan bijaksana jika kita tidak peduli satu sama lain. 




             Salah satu kasus yang kerap sekali melanda suatu negara, baik itu negara maju, negara berkembang, dan tentu saja negara miskin yaitu masalah kelapar. Masalah yang begitu kental dalam kehidupan terutama di Indonesia. Banyak hal yang menyebabkan kelaparan melanda suatu negara misalkan saja ketidak mampuan masyarakat membeli kebutuhan fisikalnya, ketidakmampuan itu bisa disebabkan oleh masayarakat yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya.Sampai sekarang pun pemerintah Indonesia belum bisa memberikan solusi terbaik untuk menghadapi masalah kelaparan yang membuat banyak rakyat Indonesia menderita.

Manusia dan Keadilan


Manusia dan Keadilan




            Menurut saya pribadi Keadilan di ibaratkan dengan sebuah kondisi pada sebuah jungkat-jungkit yang selalu mencari posisi seimbang jika setelah digunakan.
Sama halnya dengan yang seharusnya kita lakuakan, melakukan sesuatu berdasarkan porsinya dan menbagi porsinya secara adil dan merata.
           Contohnya adil dalam pembagian waktu seperti yang pernah dikisahkan dua orang pemotong kayu, pemotong kayu pertama memotong kayu selama 20 jam per hari sedangkan pemotong kayu ke dua memotong kayu selama 15 jam per hari tapi ke dua pemotong kayu tersebut dapat menghasilkan jumlah potongan kayu yang sama dengan waktu yang berbeda, hal itu dikarenakan pemotong kayu yang kedua menggunakan waktu istirahatnya untuk lebih sering mengasah kapak/pisaunya agar lebih tajam untuk mempercepat pemotongannya.
          Tidak hanya dalam bekerja kita meluangkan waktu kita. Kita harus adil dalam membagi waktu antara pekerjaan dan waktu istirahat kita.
Dengan kita beristirahat dalam bekerja kita juga dapat menyusun strategi agar pekerjaan kita dapat selesai dengan cepat seperti halnya yang dilakukan oleh pomotong kayu kedua. Semua yang kita kerjakan akan jauh lebih efisien jika kita mengerjakannya secara adil.
           Menurut Ambar Dwi Ryanto  keadilan adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjadi jika tidak diimbangi dengan kejujuran. Adil adalah suatu hal yang berdasarkan atas kejujuran.

Monday, 19 December 2011

senja memakan usia


by Laras Sugiyoto Senjoyo on Tuesday, 28 April 2009 at 17:48

Jemariku mulai lelah bersama waktu...
Keriput dan kering menelusuri tubuhku...
Hitam tak lagi hitam,
abu tak lagi tebal,
warna putih semakin banyak diantara helaian-helaian rambut kusam...
Kaki rapuh-gemetar tak sanggup lagi berpijak.,
ingatan semakin memikun... hanya mengingat kematian...


cinta versi laras


Cinta versi laras
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Wednesday, 20 May 2009 at 19:03

Cinta adalah sesuatu yang berharga...
Bak permata diistana...
disayang dan dijaga...
Dihargai, tak dipandang sebelah mata...

Demi tuhan...
itulah cinta
nyamankan sanubari, hangatkan jiwa

Demi tuhan...
Aku bersumpah...
Itulah kasih
ikatan tak terputus, walau ajal menanti...


ketika waktu tak berpihak


Ketika waktu tak berpihak
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Friday, 28 August 2009 at 20:40

Pikiranku mulai diam tak bergerak.
Rambutku mulai kusut dan kusam,
Kering dan gugur.
Pandanganku mulai kabur, berbayang dan gelap.
Kulitku kering mengeriput tak lagi lembut.
Nafasku pendek dan tersengal.
Bicaraku mulai ngelantur tak berarah.
Bahuku tak lagi tegap untuk mempertanggung jawabkan hidupku.
Tubuhku gemetar dan lemah.
Tak dapat lagi ku kendalikan dengan sempurna kerja tubuhku.
Aku semakin lemah saja.
Tetapi, kenapa hatiku masih setia?
Menunggu sesuatu yang tak pasti, sampai aku mati

kala senja diwaktu itu


Kala Senja di waktu itu
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Wednesday, 2 June 2010 at 18:41

Kala senja di tepi pantai

ku rebahkan tubuhku yang begitu lemah tak berdaya

tubuh yang lunglai berselimut pasir yang di gulung oleh ombak

itulah senja di waktu itu

sampai kini pun mentari terus menenggelamkan diri

hanya aku yang bertinggal sepi seorang diri

bermandikan kilau senja mentari

begitulah senja di waktu itu

aku yang hanyut, aku yang bergejolak, aku yang terombang ambing, aku yang terhempas di tepi pantai
sendiri bergelut sepi

kala itu senja dan aku seorang diri..


Laras. 2010. Dimensi yang keliru 1. Jakarta : fost magz