My Labels

Tuesday 20 December 2011

Konsepsi IBD dalam Kesustraan


Konsepsi IBD dalam Kesustraan 

            Dalam kesustraan dapat diperoleh berbagai gubahan yang mengungkapkan tentang nilai budaya yang menjadi komponen penting dalam IBD.

          Salah satu bentuk sastra yaitu puisi, puisi akan dipakai sebagai media dan sekaligus sumber belajar sesuai dengan tema-tema pokok bahasa yang terdapat dalam IBD.

Disamping puisi, dalam kesustraan dikenal pula bentuk drama sebagai wujud karya fiksi yang prosais. Apabila drama digunakan sebagai sumber pengajaran IBD, tentulah bukan suatu hal yang aneh, karena dalam batas-batas tertentu unsur-unsur drama, terutama jika drama dilihat sebagai karya sastra dapat disajikan materi fiksi. Drama pada dasarnya dapat disikapi sebagai karya pentas dan karya sastra.

Puisi, drama, dan prosa fiksi sebagai karya sastra dibicarakan berikut ini dalam kaitan dengan konsepsi IBD yang terdapat didalamnya.


1.     Hakekat Puisi


Pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian bahasa yang intensif, oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunnakan dan padatnya struktur yang dimanipulasikan, namun justru karena itu sangat berpengaruh dalam menggerakkan emosi pembacanya karena gaya penuturan dan gaya lukisnya.
Bahasa puisi dikatakan lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang dan lebih hidup (compressed, picturesque, vivid) dibanding bahasa prosa atau percakapan sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang metaforis dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk mengekspresikan gagasan, perasaan dan emosi oleh karena itu puisi senantiasa menggapai secara eksklusif ke arah imajinatif, bentuk-bentuk emotif dan artistiknya sendiri.
Hal yang membedakan seorang penyair dari pengarang prosa adalah kemampuan dalam mengekpresikan hal-hal yang sangat besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat. Dan dipandang dari segi isinya puisi yang bagus merupakan ekspresi yang paling benar (genuine expression) atas keseluruhan kepribadian manusia. Dengan demikian fenomena budaya puisi itu tercipta dalam proses yang kira-kira dapat dibagankan sebagai berikut :







2.   Rasional mengapa puisi disajikan dalam pendidikan dan pengajaran Ilmu Budaya Dasar



Penyajian puisi dalam rangka pendidikan an pengajaran IBD bagi para mahasiswa disebabkan oleh watak pembawaan puisi yang secara teoritis relevan bagi pengisian materi pokok bahasan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam GBPP (inti) yang hendak dikembangkann.

Secara aktual apa yang dinyatakan oleh penyair dalam puisinya dapat merupakan analogi, korespondensi atau mirip dengan alam lahir (external nature). Dalam hal ini alam lahir merupakan inteligensi manusia, perasaannya, dan cara atau aktivitas manusia itu melihat dirinya sendiri.

2     1.  Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup aktual dengan jalan mengatur dan mempraktekannya. Pengalaman yang melayani kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari beban kesibukan hidup yang rutin.

2     2.  Puisi dan kesadaran individual
Adalah hak dan misi seorang penyair lewat puisinya untuk membuka tabir yang menutupi hati manusia dan membawa kita untuk melihat sedekat-dekatnya rahasia pikiran, perasaan, dan impian manusia. Pada akhirnya puisi memperluas daerah persepsi kita, memperlebar dan memperdalam serta menyempurnkan sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk merasakan, sehingga kita dibuat lebih sensitif, lebih responsif, dan menjadikan kita manusia yang lebih simpatik.

2     3.  Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberitahukan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problema sosial. Secara imajinatif puisi dapat menggambarkan situasi dasar manusia sosial, yang berupa :
·        Penderitaan atas ketidakadilan
·        Perjuangan untuk kekuasaan
·        Konflik dengan sesama
·        Pemberontakan atas hukum Tuhan dan hukum manusia sendiri.

2   4.  Puisi dan nilai-nilai
Dengan membaca puisi manusia dapat memperoleh nilai-nilai yang terkandung dalam pesan tersirat yang ada di puisi tersebut. Bisa brupa nilai moral, nilai adat istiadat, nilai agama, nilai perjuangan dan lain-lain.
Contoh puisi   :                     


Engkau wanita utusan Illahi
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Monday, 21 November 2011 at 21:16

Engkau genggam jemariku dengan lembut...
Engkau rangkul aku dengan hangat kasihmu...
Engkau belai rambutku dengan rasa sayangmu...
Engkau ceritakan aku sebuah dongeng, dimalam-malam hari-hariku...

Wahai engkau wanita dari surga,
yang mengobati luka-luka hidupku...
yang menangis ketika aku terbaring lemah...
Wajahmu...
sinari malam kelamku...
terangi sisi-sisi gelapku...

Wahai engkau wanita suci...
tulus hatimu sembuhkan aku...
cinta kasihmu hidupkan aku...

Wahai wanita utusan Illahi...
Kau sisakan nyawamu untuk hidupku...
Kau habiskan hidupmu untuk merawatku...

Wahai Ibunda...
Sudikah engkau terima abdiku...
Sudikah engkau terima sujudku...
Sungguh ku tak sanggup mengganti apa yang kau berikan,
Apa yang kau lakukan untuk ku disepanjang hidupmu...

Terima kasih Ibunda.


Dimensi yang keliru
by Laras Sugiyoto Senjoyo on Thursday, 13 May 2010 at 21:20

Aku yang berada...
Sendiri di antara gelap
hanya aku dalam ke sunyian
hampa dan begitu terasa sepi
hanya aku dalam gelisah
hanya aku dalam ke takutan
hanya aku dalam ke tidak sanggupan
sendiri dalam waktu yang rumit
sendiri dalam kepasrahan
hanya aku yang berbagi dengan bayangan
hanya aku yang bicara dalam kebisuan
aku yang berada di antara hitam dan putih
aku yang berada dalam satu-satunya kesakitan
aku yang benar-benar sendiri
sendiri dalam kemalangan.



3.      Drama sebagai karya sastra
Drama sebagai karya sastra atau karya pentas (teater) melibatkan unsur-unsur teater seperti :
- dekorasi pentas
- komposisi pentas
- pakaian
- tata rias
- tata sinar
- tata bunyi

4.      Prosa fiksi sebagai materi dalam IBD
Istilah prosa fiksi banyak padanannya, atau disebut juga “bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan dari khayalan atau imajinasi” (Saad & Moeliono dalam M. Habib Mustopo, ilmu budaya dasar :32)

4   4.1  Nilai-nilai di dalam prosa fiksi

a.       Prosa fiksi memberikan kesenangan
Dengan membaca prosa fiksi pembaca akan mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa yang ditulis dalam prosa itu, pembaca juga dapat berimajinasi untuk mengenal daerah yang belum pernah dikunjungi, pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh aneh yang terdapat dalam prosa tersebut.

b.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi dapat memberikan informasi yang tidak terdapat dalam ensiklopedi. Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam dari pada fakta yang hanya bersifat menggambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, kekuatan, keterasingan, atau hakikat manusia lebih dari pada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, maupun antropologi. Fiksi bersifat mendramatisasikan bukan hanya sekadar menerangkan.

c.       Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi memberikan wawasan kultural seperti yang ada dalam novel terkenal Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang, dan lain-lain.

d.      Prosa fiksi  memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman individu lain.


4  4.2  Aspek ekstrinsik prosa fiksi 
  • sejarah
  • lingkungan
  • budaya

4   4.3  Aspek intrinsik prosa fiksi
  •         Alur
  •         Tokoh
  •       Aksi (lakuan)
  •       Dialog

No comments:

Post a Comment